Sunday, May 31, 2015

OLEH :
  ZENDY PRARIYANI KARTIKA PUTRI
  NIM : 20130661020
  SEMESTER 4A - D3 KEBIDANAN
  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Varises di Rs X Surabaya


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu kejadian fisiologis, yang dimulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan. Pada saat kehamilan terjadi ketidak nyamanan yaitu salah satunya varises. Varises adalah terjadinya pembuluh darah bengkak dan membesar yang biasanya berwarna biru.

Angka kejadian varises cukup besar. Suhartono mengatakan, wanita dewasa memiliki risiko 25-50 persen mengalami varises terutama pada kehamilan, 2/3 kasus dijumpai pada trimester pertama kehamilan. Namun, varises juga bisa muncul pada bulan-bulan berikutnya. 1/4 kasusnya bisa dilihat saat tiga bulan berikutnya, dan pada minggu-minggu terakhir kehamilan justru angka kejadiannya hanya mencapai 5%.  Resiko varises akan semakin besar pada ibu yang mengalami kehamilan pada usia 40 tahun keatas. (Kompas, 2013).

Varises terjadi karena adanya pembuluh darah balik (vena) yang mengakibatkan penurunan pada dinding vena. Varises dapat terjadi di kaki (terutama di belakang lutut), pada keadaan wasir atau diarea kewanitaan. Varises yang terjadi pada kehamilan karena hormon progesteron kehamilan. Pertumbuhan janin memberikan tekanan pada pembuluh darah di panggul dan pada pembuluh darah besar. Vena memiliki katup yang menghentikan darah yang kembali ke jantung dari mengalir mundur. Ketika katup ini tidak bekerja dengan baik pembuluh darah menjadi sesak dan mengakibatkan darah bertambahan. Dinding pembuluh darah mulai meregang dan membengkak vena, membuatnya terlihat di bawah kulit.

Meskipun varises tidak akan menggangu perkembangan janin anda akan tetapi kondisi yang semakin buruk dari varises mungkin terjadi dikarenakan  kelebihan berat badan ketika anda hamil, keadaan berat badan janin anda, atau kehamilan bayi kembar. Jika varises ini tidak bisa ditangani, akan membahayakan janin. Varises dapat meyebabkan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat membahayakan kondisi janin. Bahkan, pada kondisi terburuk, dapat menyebabkan kematian janin. Varises yang terdapat pada area kewanitaan akan menghambat persalinan, pada kondisi yang parah akan mengakibatkan persalinan caesar. Varises juga bisa menyebabkan emboli udara (adanya gelembung udara dalam aliran darah yang normalnya tidak ada). Pembuluh darah yang terlalu lebar dapat mengakibatkan aliran balik ke bawah yang lebih hebat lagi. Bila gelembung udara pada emboli ini berhenti dan menyumbat aliran darah, Inilah yang mengakibatkan kematian mendadak ibu (Mirza Maulana, 2008: 83 - 85).

Untuk menanggulangi varises pada ibu hamil, kita perlu menganjurkan untuk konsumsi makanan sehat dengan Jus buah, terutama blueberry  dapat membantu mencegah varises. Buah ini mengandung pigmen yang dapat memperkuat dinding pembuluh darah. Kemudian, mencukupi kebutuhan cairan tubuh dengan air mineral setidaknya delapan gelas air setiap hari, dan membatasi minum teh, kopi, dan cola karena dapat membuat varises lebih menyakitkan dan menyebabkan sembelit terutama saat hamil. Berolahraga teratur akan mengurangi penumpukan lemak, sekaligus menjaga sirkulasi yang baik dan pembuluh darah Anda. Cobalah berjalan, berenang atau  kelas olahraga kehamilan ringan. Hindari latihan aerobik yang berlebihan, seperti bersepeda dan jogging, meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di kaki. Hindari menggunakan sepatu hak tinggi pada masa kehamilan, Hindari pula duduk atau jongkok untuk waktu yang lama, dan mencoba untuk tidak duduk dengan kaki disilangkan.

Cobalah dengan menggunakan air dingin untuk merengangkan otot otot tanpa melakukan pemijatan atau coba mengompres kain yang direndam dalam cuka sari apel untuk kaki, dua kali sehari. Bagi ibu hamil yang mengalami varises semakin parah sebaiknya berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang kejadian varises pada kehamilan dapat mengakibatkan semakin banyaknya ibu hamil yang menderita varises yang tidak bisa ditangani, sehingga angka kesakitan dan kematian ibu dan janin meningkat. Maka diperlukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan varises dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan ibu, deteksi dini, dan mengurangi risiko pada kehamilan.



1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka di rumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Varises di Rs X Surabaya”.

1.3     Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
Penyusun dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah serta dapat mengimplementasikan antara teori dengan kasus yang ada di lahan dalam memberikan asuhan kebidanan menggunakan metode varney pada ibu hamil dengan varises.

1.3.2   Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1.      Melakukan pengkajian datapada ibu hamil dengan varises
2.      Menentukan interpretasi data dasar pada ibu hamil dengan varises.
3.      Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial pada ibu hamil dengan varises.
4.     Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu hamil dengan varises.
5.      Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada ibu hamil dengan varises.
6.      Melakukan rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan varises.
7.      Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan varises.

1.4    Manfaat
1.4.1   Bagi Penulis
Dapat melakukan asuhan kebidanan serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada ibu hamil dengan varises.

1.4.2             Bagi Klien
Dapat mengetahui tentang ketidak nyamanan dan  dapat mencegah masalah terutama yang berhubungan pada ibu hamil dengan varises.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Varises sendiri merupakan kelainan pada pembuluh darah balik (vena), di mana terjadi penurunan atau hilangnya elastisitas dinding vena, vena yang berkelok-kelok, menonjol dan berbelit dan kerusakan katup. Varises sering terdapat pada ekstermitas bawah karena efek gravitasi pada tekanan vena.

2.2 Etiologi
Pada 1981, trendelenburg memperhatikan bahwa varises diakibatkan oleh katup-katup vena yang tidak kompenten dan tekanan hidrostatik yang tidak normal pada ekstermitas bawah.

Pada umur 40 tahun, 25% pria dan lebih dari 50% wanita mengalami varises. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kemungkinan adanya varises yaitu,:
a.      Kehamilan ganda
b.      Obesitas
c.       Terlalu lama berdiri atau duduk
d.      Akibat dari penyakit, seperti sirosis dan kegagalan jantung kanan.
e.      Faktor keturunan keluarga terkait dengan adanya gangguan katup vena
f.        Hormonal
g.      Peningkatan tekanan darah abdominal
h.      Obat-obatan
i.        Bekas cedera benda tumpul di daerah kaki

Varises vena terjadi terutama pada ekstermitas bawah. Daerah vena pada ekstermitas bawah beredar dengan melawan gravitasi. Varises ini terdiri dari perubahan vena safena serta pelebaran cabang-cabangnya yang abnormal, memenjang dan berkelok-kelok. Katup-katup vena adalah unidirectoral, yaitu mengalirkan darah ke satu arah, yakni jantung dengan bantuan kompresi dan relaksasi otot-otot kaki. Makin lama, akumulasi tekanan pada katup-katup dapat membuat katup-katup menjadi tidak kompenten. Faktor-faktor resiko seperti obesitas, berdiri atau duduk lama, kehamilan multiple, dan tekanan intra-abdominal yang kronis akan menambah tekanan pada vena. Katup-katup inkonpemten akan membuat vena menjadi kembung secara progesif, membesar, dan berbelit-belit.


Varises sekunder dapat terjadi sebagai akibat perugahan obstruktif dan kerusakan katup pada system vena provunda seperti tromboplebitis atau kadang-kadang pada okulasi vena proksimal akibat neoplasma. Fistula anterovenosa congenital atau akusita sering juga dihubungkan dengan varises.

Vena safena magna dan cabng-cabangnya merupakan bagian yang paling sering terkena, tetapi vena safena parva juga dapat terkena. Terdapat satu atau banyak perforasi vena yang inkompenten pada pahadan tungkai bawah, sehingga darah dapat refluks kedalam vena yang varises tidak hanya dari atas, yaitu melalui jalan taut safenofemoral, tetapi juga dari system profunga pada vena yang inkompenten pada paha tengah atau tungkai bawah. Sebagian besar oleh karena magna atau vena komunikans pendek, tekanan vena tinggi dari dalam system dalam (profunda) (>300 mmHg) yang terjadi selama kompresi betis saat berjalan ditransmisikan ke vena superficial tersebut. Selama bertahun-tahun, vena membesar secara progresif; jaringan sekitar dan kulit dapat mengalami perubahan sekunder seperti fibrosis, edema kronik, dan pigmentasi kulit serta atrofi.

Hal lainnya yang menjadi penyebab varises :
a.    Berkurangnya elastisitas dinding pembuluh vena yang menyebabkan pembuluh vena melemah dan tak sanggup mengalirkan darah ke jantung sebagaimana mestinya. Aliran darah dari kaki ke jantung sangat melawan gravitasi bumi, karena itu pembuluh darah harus kuat, begitu juga dengan dinamisasi otot disekitarnya.
b.  Rusaknya katup pembuluh vena, padahal katup atau klep ini bertugas menahan darah yang mengalir ke jantung agar tidak keluar kembali. Katup yang rusak membuat darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah

Peregangan pembuluh darah ini terjadi karena besarnya tekanan di dalamnya yang mengakibatkan dinding pembuluh darah menjadi lemah dan dengan demikian mudah teregang. Misalnya, tekanan yang bertambah pada pinggul dan perut seperti halnya kehamilan dan terlalu gemuk.

Kehamilan dapat memperberat keadaan, karena pembuluh darah balik panggul yang menampung darah dari tungkai tertekan oleh janin. Biasanya katup yang terdapat di bagian dalam pembuluh juga sudah melemah, sehingga tidak lagi mampu mengatur aliran darah yang masuk ke dalam pembuluh darah tersebut.
Kerentanan seseorang terhadap terjadinya kelainan ini biasanya diturunkan. Kelainan ini sering ditemukan pada tungkai bawah, tungkai atas, dan dinding perut bawah, walaupun pada dasarnya dapat terjadi di bagian tubuh manapun.

Kebanyakan penderita varises adalah wanita yang sehari-harinya banyak berdiri, atau menggunakan sepatu hak tinggi, yang merupakan pencetus terjadinya varises. Selain itu masalah pada wanita adalah kelebihan berat badan, penggunaan kontrasepsi oral, serta kehamilan. Pada saat hamil sirkulasi darah tidak lancar, dan cenderung terjadi pembendungan di kaki, vagina, atau dubur. Tapi yang paling banyak berperan terhadap timbulnya varises adalah pengaruh hormonal saat pubertas, kehamilan, dan menopause.

2.3 Manifestasi Klinis
Secara umum gejala klinis yang biasa ditimbulkan, yakni rasa nyeri, kejang, berat di betis, kram, dan tromboflebitis (panas dan nyeri). Namun sebenarnya gejala varises sendiri ada beberapa tingkatan. Pada tingkat awal, biasanya dimulai dengan keluhan seperti rasa pegal dan kram setelah lama berdiri. Ketika diperiksa secara klinis, belum terlihat tanda-tandanya. Pada derajat varises yang lebih tinggi, mulai tampak adanya kelainan pembuluh darah dan komplikasinya. Kaki terasa berat, rasa pegal tetap ada meskipun sedang beristirahat. Pada tingkat paling berat, timbul pembengkakan di daerah mata kaki, dan warna kulit di sekitar varises menjadi gelap.

Sering dirasakan penderita adalah pembengkakan di sepanjang pembuluh balik, diikuti dengan kekejangan pada otot serta perasaan lelah di tungkai belakang lutut.

Dalam hal lain, kulit pada tungkai bagian bawah mungkin pecah dan menyebabkan borok-borok besar. Selain itu terasa nyeri bila peradangan dan penggumpalan darah pada pembuluh balik terjadi di tungkai.

2.4 Diagnosis Banding
Varises vena primer harus dibedakan dari varises skunder :
1.      Insufisiensi vena kronis pada sistem vena dalam (Sindrome postfebitis)
2.      Obstruksi vena retroperitoneal dari tekanan ekstrinsik atau fibrosis
3.      Fistula arteriovenosa (Kongenital atau didapat)─Bruit ada dan thrill sering dapat dipalpasi
4.      Malformasi vena konginital.
  Nyeri atau ketidaknyamanan skunder pada artritis,radikulopati,atau insufisiensi arteria harus dibedakan dari gejala yang berkaitan dengan keberadaan varises vena.

2.5  Patofisiologi
Berbahaya bila terjadi infeksi pada dinding pembuluh varikose. Infeksi ini mempermudah terbentuknya gumpalan darah yang mungkin mengalir dan tersangkut, kemudian menyumbat pembuluh darah di tempat lain.

Jika kasus ringan, atropi, dan pigmentasi kulit di temukan pada atau diatas pergelangan kaki, ulsrasi skunder dapat terjadi, sering sebagai akibat dari trauma kecil atau bukan trauma.Ulccer kadan-kadang menyebar kedalam variks,dan mengakibatkan vistula yang akan dihubungkan dengan perdarahan parah yang tidak hilang apabila tungkai dinaikan dan tekanan lokal dipakai pada bagian yang mengalami perdarahan.

Dermatitis statis konis dengan infeksi jamur atau bakteri mungkin menjadi sebuah masalah.

Trombiflebitis dapat berkembang pada varises, terutama pada pasien setelah operasi, wanita hamil atau setelah melahirkan, atau wanuita yang menggunakan konstrasepsi oral. trauma lokal atau posisi duduk yang terlalu lama dapat juga menyebabkan trombosis vena superfisia.perluasan pada trpombosis kedalam sistem vena dalam dengan jalan verporasi vena atau melewati savenufemoral-junction dapat terjadi,mengakibatkan tromboflebitis dalam dan resiko emboli fulmo.

2.6 Penatalaksanaan
1.         Terapi non-operatif
Kompesi menggunakan stoking elastis ( medium atau sangat berarti) untruk memberi bantalan external pada vena kaki proksimal dan tungkai atas tetapi tidak termasuk lutut merupakan tindakan nonoperasi yang paling baik pada penatalaksanaan vena varises.(untuk sebagian pasien ,kompresi tinggi 20-30 mmhg biasanya sesuai). berguna untuk mencegah perkembangan varises pada stadium awal penyakit. Ketika stocking digunakan selama beberapa jam, berdiri dan menaikan tungkai jika memungkinkan,  kontrol yang baik untuk mencegah komplikasi perkembangan penyakit. Tindakan ini diterapkan untuk pasien usia lanjut, pasien yang menolak atau menunnda pembedahan/operasi,wanita yang berencana mempunyai anak dan pasien asimtomatok ringan.

2.         Terapi Operatif
Terapi bedah pada varises vena yang terdiri dari eksisi varises dan ligasi pada safenafemoral juction serta cabang-cabangnya apabila diindikasikan.Gambaran akurat pada yang terakhir diperlukan untuk mencegah bentuk varises berulang pada vena yang sebelumnya tidak terkena.Segmen vena yang tidak inkompeten dan mengalami varises tidak harus di ligasi atau dihilangkan; mereka mungkin diperlukan sebagai cangkok ateri untuk kehidupan pasien pada waktu yang akan datang.

Ulcus varises yang kecil mumnya dengan perawatan lokal,elevasi eksterminitas yang sering ,dan kompresi dengan pembalut atau beberapa bentuk komprese dengan pemakaian dengan sepatu tinggi untuk paien rawat jalan .Baik untuk melakukan prosedur Stripping sampai terjadi penyembuhan dan dermatitis stasis terkendalli.Beberapa ulkus memerlukan cangkok kulit.

3.         Skeloterapi kompersi
Skeroterapi untuk obliterasi dan tindakan permanen pada fibrosis pada vena yang terlibat umumnya di berikan untuk pengobatan residual varise kecil yang mengikuti  operasi varises vena. Injeksi lanjutan sklerosing ke dalam varise vena diikuti dengan priode kompresi akan menghasilkan obliterasi vena. Komplikasi seperti flebitis,nekrosis jaringan , atau infeksi dapat terjadi,dan berbagai keadaan dapat terjadi,tergantung ketrampilan operator.

2.7 Pencegahan Varises
Ada beberapa cara untuk mencegah varises sejak dini anatara lain adalah :
1.      Olah raga secara teratur akan meningkatkan kekuatan otot kaki dan vena.Jaga berat badan tetap seimbang karena kalau tubuh gemuk berarti kaki harus menanggung beban berat yang berlebihan.
2.      Kurangi penggunaan sepatu hak tinggi karena menyebabkan tumpuan kaki lebih banyak ke depan sehingga penggunaan otot betis tidak maksimal. Bila menggunakannya, seringlah istirahat dan menggerak-gerakkan kaki setiap 15 menit.
3.      Hindari berdiri terlalu lama, namun kalau pekerjaan mengharuskan banyak berdiri pindahkan beban dari satu kaki ke kaki lainnya setiap beberapa menit.
4.      Jangan duduk sambil menyilangkan kaki terlalu lama karena dapat menghambat peredaran darah.
5.      Jangan gunakan pakaian sempit atau ketat pada bagian pinggang, paha, dan kaki.
6.      Biasakan mengonsumsi vitamin C dan E, selain baik untuk pembuluh darah, juga membantu mengurangi rasa sakit dan kram.
7.      Banyak makan bergizi, berkadar serat tinggi, buah dan sayur, untuk memperlancar buang air besar Kurangi konsumsi garam untuk menghindari pembengkakan.
8.      Hindari makanan pedas karena dapat merangsang pelebaran pembuluh darah.
9.      Lakukan senam kaki. Caranya: sambil duduk, putar pergelangan kaki searah jarum jam, lalu dan belakang.
10.  Angkat kaki saat beristirahatBerdiri dan bergerak setiap 45 menit bila bepergian dengan pesawat terbang, atau saat duduk bekerja seharian, berhenti dan berjalan sebentar sedikitnya setiap 45 menit bila bepergian jauh dengan mobil.
11.  Mandi dengan air panas dan dingin bergantian sangat baik untuk peredaran darah



DAFTAR PUSTAKA

  1. Baradero Mary. 2003. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler, EGC: Jakarta.
  2. Engram Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3, EGC: Jakarta.
  3. Engram Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2, EGC: Jakarta.
  4. Tieney M. Lawrence, Jr.,MD. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2. Salemba Medika. Jakarta.
  5. www.medicastrore.com
  6. www.indonesianursing.com





0 komentar:

Post a Comment

By :
Free Blog Templates